BANYAKNYA bencana alam yang sering melanda wilayah Indonesia rupanya membuat sejumlah pihak ikut serta memikirkannya. Apalagi, Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk ancama bencana gempa bumi.
Sementara Provinsi Jawa Barat, menjadi peringkat kedua setelah Jawa Tengah disusul Jawa Timur. Kota Bandung sendiri tidak luput dari ancaman bencana gempa bumi ini karena berada di wilayah patahan Lembang.
Karenanya, sejumlah ide dilontarkan tidak terkecuali oleh siswa sekolah dasar (SD). Meski terlihat sederhana karena masih di tangan pelajar, namun ide kreatif dari ketiga bocah ini layak untuk diacungi jempol. Kreasinya adalah e-detect yakni sebuah robot pendeteksi gempa.
E-detect diciptakan tiga serangkai yang bersekolah di SD Assalaam Kota Bandung. Mereka terdiri atas siswa kelas 6-E yakni Rizky Radita Pratama (11), Muhamad Zihad Sultan Alfari (11), dan siswa kelas 4, Faris Tristan Fabian (9).
"Tujuannya agar masyarakat waspada dan bersiap jika akan ada serangan gempa. Sehingga akan menekan jumlah korban jiwa akibat gempa bumi," ujar Rizki di SD Assalaam, Jln. Sasakgantung Bandung, Senin, (26/12).
Dijelaskan Zihad dan Rizki, robot ini merupakan robot mekanik. Tidak menggunakan satu program apa pun dalam menjalankan fungsinya. Secara fisik, robot ini berbentuk mobil mainan. Memiliki empat roda dengan bodi (bagian tubuh) menggunakan bahan daur ulang. Toples plastik bekas kue menjadi bahan untuk bodi robot ini. Total dana yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 1 juta.
"Sebab untuk motornya, hingga dinamo, roda, pengontrol, dan antena kita dapat dari mainan rusak," tutur Rizki yang merupakan anak tunggal dari pasangan Ita Ismawati dan Udi Kustriawanto.
Sementara secara teknis operasional cara kerja dari robot ini menggunakan remote control untuk menjalankannya. Sensor dan detektornya akan menangkap getaran atau guncangan jika gempa bumi akan terjadi.
"Tidak perlu manusia untuk melakukan kontrol ke satu tempat di mana diperkirakan akan terjadi gempa. Robot ini akan melakukan patroli di daerah itu, kemudian jika ada guncangan maka si detektor dari besi dan per kalau bersentuhan, buzzernya nyala. Secara otomatis maka sirenenya juga menyala," ujarnya.
Ditambahkan Zihad, sirene inilah yang akan memberikan peringatan kepada masyarakat di sekitarnya bahwa akan terjadi gempa. Karenanya, akan membantu meminimalisasi korban jiwa jika terjadi gempa bumi. Meski saat ini masih berupa prototipe, namun ide besar sudah berada di benak ketiga bocah ini.
"Suatu saat jika dijadikan robot betulan, maka selain mendeteksi gempa, juga bisa membantu masyarakat saat evakuasi," ucapnya.
Atas ide kreatif ini, ketiganya berhasil meraih medali perunggu saat menduduki peringkat ketiga di ajang International Robotic Olimpiad (IRO) 2011 yang diselenggarakan di Universitas Tarumanegara, Jakarta. Meski berhasil meraih peringkat ketiga, namun mereka berhasil menyisihkan peserta dari 13 negara lainnya untuk kategori creative robot junior. Tempat pertama diraih tim dari Korea Selatan dan posisi dua oleh tim dari Filipina.
"Kita tetap bangga, karena modal yang kita gunakan hanya Rp 1 juta. Sementara tim dari Filipina mencapai Rp 26 juta," ucapnya bangga. Kebanggaan yang wajar, untuk secercah optimisme dari anak bangsa guna urun rembuk dalam mengatasi persoalan bangsa. Bukankah ide besar lahir dari ide kecil terlebih dulu? (galamedia)
Read more: http://www.ipabionline.com/2011/12/robot-deteksi-bencana-dari-mainan-bekas.html#ixzz2Dhyko1y1
Sementara Provinsi Jawa Barat, menjadi peringkat kedua setelah Jawa Tengah disusul Jawa Timur. Kota Bandung sendiri tidak luput dari ancaman bencana gempa bumi ini karena berada di wilayah patahan Lembang.
Karenanya, sejumlah ide dilontarkan tidak terkecuali oleh siswa sekolah dasar (SD). Meski terlihat sederhana karena masih di tangan pelajar, namun ide kreatif dari ketiga bocah ini layak untuk diacungi jempol. Kreasinya adalah e-detect yakni sebuah robot pendeteksi gempa.
E-detect diciptakan tiga serangkai yang bersekolah di SD Assalaam Kota Bandung. Mereka terdiri atas siswa kelas 6-E yakni Rizky Radita Pratama (11), Muhamad Zihad Sultan Alfari (11), dan siswa kelas 4, Faris Tristan Fabian (9).
"Tujuannya agar masyarakat waspada dan bersiap jika akan ada serangan gempa. Sehingga akan menekan jumlah korban jiwa akibat gempa bumi," ujar Rizki di SD Assalaam, Jln. Sasakgantung Bandung, Senin, (26/12).
Dijelaskan Zihad dan Rizki, robot ini merupakan robot mekanik. Tidak menggunakan satu program apa pun dalam menjalankan fungsinya. Secara fisik, robot ini berbentuk mobil mainan. Memiliki empat roda dengan bodi (bagian tubuh) menggunakan bahan daur ulang. Toples plastik bekas kue menjadi bahan untuk bodi robot ini. Total dana yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 1 juta.
"Sebab untuk motornya, hingga dinamo, roda, pengontrol, dan antena kita dapat dari mainan rusak," tutur Rizki yang merupakan anak tunggal dari pasangan Ita Ismawati dan Udi Kustriawanto.
Sementara secara teknis operasional cara kerja dari robot ini menggunakan remote control untuk menjalankannya. Sensor dan detektornya akan menangkap getaran atau guncangan jika gempa bumi akan terjadi.
"Tidak perlu manusia untuk melakukan kontrol ke satu tempat di mana diperkirakan akan terjadi gempa. Robot ini akan melakukan patroli di daerah itu, kemudian jika ada guncangan maka si detektor dari besi dan per kalau bersentuhan, buzzernya nyala. Secara otomatis maka sirenenya juga menyala," ujarnya.
Ditambahkan Zihad, sirene inilah yang akan memberikan peringatan kepada masyarakat di sekitarnya bahwa akan terjadi gempa. Karenanya, akan membantu meminimalisasi korban jiwa jika terjadi gempa bumi. Meski saat ini masih berupa prototipe, namun ide besar sudah berada di benak ketiga bocah ini.
"Suatu saat jika dijadikan robot betulan, maka selain mendeteksi gempa, juga bisa membantu masyarakat saat evakuasi," ucapnya.
Atas ide kreatif ini, ketiganya berhasil meraih medali perunggu saat menduduki peringkat ketiga di ajang International Robotic Olimpiad (IRO) 2011 yang diselenggarakan di Universitas Tarumanegara, Jakarta. Meski berhasil meraih peringkat ketiga, namun mereka berhasil menyisihkan peserta dari 13 negara lainnya untuk kategori creative robot junior. Tempat pertama diraih tim dari Korea Selatan dan posisi dua oleh tim dari Filipina.
"Kita tetap bangga, karena modal yang kita gunakan hanya Rp 1 juta. Sementara tim dari Filipina mencapai Rp 26 juta," ucapnya bangga. Kebanggaan yang wajar, untuk secercah optimisme dari anak bangsa guna urun rembuk dalam mengatasi persoalan bangsa. Bukankah ide besar lahir dari ide kecil terlebih dulu? (galamedia)
Read more: http://www.ipabionline.com/2011/12/robot-deteksi-bencana-dari-mainan-bekas.html#ixzz2Dhyko1y1
BANYAKNYA bencana alam yang sering melanda wilayah Indonesia rupanya membuat sejumlah pihak ikut serta memikirkannya. Apalagi, Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk ancama bencana gempa bumi.
Sementara Provinsi Jawa Barat, menjadi peringkat kedua setelah Jawa Tengah disusul Jawa Timur. Kota Bandung sendiri tidak luput dari ancaman bencana gempa bumi ini karena berada di wilayah patahan Lembang.
Karenanya, sejumlah ide dilontarkan tidak terkecuali oleh siswa sekolah dasar (SD). Meski terlihat sederhana karena masih di tangan pelajar, namun ide kreatif dari ketiga bocah ini layak untuk diacungi jempol. Kreasinya adalah e-detect yakni sebuah robot pendeteksi gempa.
E-detect diciptakan tiga serangkai yang bersekolah di SD Assalaam Kota Bandung. Mereka terdiri atas siswa kelas 6-E yakni Rizky Radita Pratama (11), Muhamad Zihad Sultan Alfari (11), dan siswa kelas 4, Faris Tristan Fabian (9).
"Tujuannya agar masyarakat waspada dan bersiap jika akan ada serangan gempa. Sehingga akan menekan jumlah korban jiwa akibat gempa bumi," ujar Rizki di SD Assalaam, Jln. Sasakgantung Bandung, Senin, (26/12).
Dijelaskan Zihad dan Rizki, robot ini merupakan robot mekanik. Tidak menggunakan satu program apa pun dalam menjalankan fungsinya. Secara fisik, robot ini berbentuk mobil mainan. Memiliki empat roda dengan bodi (bagian tubuh) menggunakan bahan daur ulang. Toples plastik bekas kue menjadi bahan untuk bodi robot ini. Total dana yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 1 juta.
"Sebab untuk motornya, hingga dinamo, roda, pengontrol, dan antena kita dapat dari mainan rusak," tutur Rizki yang merupakan anak tunggal dari pasangan Ita Ismawati dan Udi Kustriawanto.
Sementara secara teknis operasional cara kerja dari robot ini menggunakan remote control untuk menjalankannya. Sensor dan detektornya akan menangkap getaran atau guncangan jika gempa bumi akan terjadi.
"Tidak perlu manusia untuk melakukan kontrol ke satu tempat di mana diperkirakan akan terjadi gempa. Robot ini akan melakukan patroli di daerah itu, kemudian jika ada guncangan maka si detektor dari besi dan per kalau bersentuhan, buzzernya nyala. Secara otomatis maka sirenenya juga menyala," ujarnya.
Ditambahkan Zihad, sirene inilah yang akan memberikan peringatan kepada masyarakat di sekitarnya bahwa akan terjadi gempa. Karenanya, akan membantu meminimalisasi korban jiwa jika terjadi gempa bumi. Meski saat ini masih berupa prototipe, namun ide besar sudah berada di benak ketiga bocah ini.
"Suatu saat jika dijadikan robot betulan, maka selain mendeteksi gempa, juga bisa membantu masyarakat saat evakuasi," ucapnya.
Atas ide kreatif ini, ketiganya berhasil meraih medali perunggu saat menduduki peringkat ketiga di ajang International Robotic Olimpiad (IRO) 2011 yang diselenggarakan di Universitas Tarumanegara, Jakarta. Meski berhasil meraih peringkat ketiga, namun mereka berhasil menyisihkan peserta dari 13 negara lainnya untuk kategori creative robot junior. Tempat pertama diraih tim dari Korea Selatan dan posisi dua oleh tim dari Filipina.
"Kita tetap bangga, karena modal yang kita gunakan hanya Rp 1 juta. Sementara tim dari Filipina mencapai Rp 26 juta," ucapnya bangga. Kebanggaan yang wajar, untuk secercah optimisme dari anak bangsa guna urun rembuk dalam mengatasi persoalan bangsa. Bukankah ide besar lahir dari ide kecil terlebih dulu? (galamedia)
Sementara Provinsi Jawa Barat, menjadi peringkat kedua setelah Jawa Tengah disusul Jawa Timur. Kota Bandung sendiri tidak luput dari ancaman bencana gempa bumi ini karena berada di wilayah patahan Lembang.
Karenanya, sejumlah ide dilontarkan tidak terkecuali oleh siswa sekolah dasar (SD). Meski terlihat sederhana karena masih di tangan pelajar, namun ide kreatif dari ketiga bocah ini layak untuk diacungi jempol. Kreasinya adalah e-detect yakni sebuah robot pendeteksi gempa.
E-detect diciptakan tiga serangkai yang bersekolah di SD Assalaam Kota Bandung. Mereka terdiri atas siswa kelas 6-E yakni Rizky Radita Pratama (11), Muhamad Zihad Sultan Alfari (11), dan siswa kelas 4, Faris Tristan Fabian (9).
"Tujuannya agar masyarakat waspada dan bersiap jika akan ada serangan gempa. Sehingga akan menekan jumlah korban jiwa akibat gempa bumi," ujar Rizki di SD Assalaam, Jln. Sasakgantung Bandung, Senin, (26/12).
Dijelaskan Zihad dan Rizki, robot ini merupakan robot mekanik. Tidak menggunakan satu program apa pun dalam menjalankan fungsinya. Secara fisik, robot ini berbentuk mobil mainan. Memiliki empat roda dengan bodi (bagian tubuh) menggunakan bahan daur ulang. Toples plastik bekas kue menjadi bahan untuk bodi robot ini. Total dana yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 1 juta.
"Sebab untuk motornya, hingga dinamo, roda, pengontrol, dan antena kita dapat dari mainan rusak," tutur Rizki yang merupakan anak tunggal dari pasangan Ita Ismawati dan Udi Kustriawanto.
Sementara secara teknis operasional cara kerja dari robot ini menggunakan remote control untuk menjalankannya. Sensor dan detektornya akan menangkap getaran atau guncangan jika gempa bumi akan terjadi.
"Tidak perlu manusia untuk melakukan kontrol ke satu tempat di mana diperkirakan akan terjadi gempa. Robot ini akan melakukan patroli di daerah itu, kemudian jika ada guncangan maka si detektor dari besi dan per kalau bersentuhan, buzzernya nyala. Secara otomatis maka sirenenya juga menyala," ujarnya.
Ditambahkan Zihad, sirene inilah yang akan memberikan peringatan kepada masyarakat di sekitarnya bahwa akan terjadi gempa. Karenanya, akan membantu meminimalisasi korban jiwa jika terjadi gempa bumi. Meski saat ini masih berupa prototipe, namun ide besar sudah berada di benak ketiga bocah ini.
"Suatu saat jika dijadikan robot betulan, maka selain mendeteksi gempa, juga bisa membantu masyarakat saat evakuasi," ucapnya.
Atas ide kreatif ini, ketiganya berhasil meraih medali perunggu saat menduduki peringkat ketiga di ajang International Robotic Olimpiad (IRO) 2011 yang diselenggarakan di Universitas Tarumanegara, Jakarta. Meski berhasil meraih peringkat ketiga, namun mereka berhasil menyisihkan peserta dari 13 negara lainnya untuk kategori creative robot junior. Tempat pertama diraih tim dari Korea Selatan dan posisi dua oleh tim dari Filipina.
"Kita tetap bangga, karena modal yang kita gunakan hanya Rp 1 juta. Sementara tim dari Filipina mencapai Rp 26 juta," ucapnya bangga. Kebanggaan yang wajar, untuk secercah optimisme dari anak bangsa guna urun rembuk dalam mengatasi persoalan bangsa. Bukankah ide besar lahir dari ide kecil terlebih dulu? (galamedia)
0 komentar:
Posting Komentar